Umumnya
masyarakat sudah mengetahui pentingnya pendidikan seks sejak usia dini. Namun,
kesadaran ini berbenturan dengan kebingungan bagaimana menerapkan pendidikan
seks yang tepat. Terlebih lagi, norma dan kebiasaan yang berlaku masih
menganggap seks sebagai sesuatu yang tabu. Psikolog Vera Itabiliana
Hadiwijojo berpendapat, pendidikan seks tidaklah melulu sesuatu yang
sulit. Menurutnya, yang pertama harus dilakukan para orangtua adalah
perubahan pola pikir.
Dengan menganggap
seks bukan sesuatu yang tabu, orangtua diharapkan bisa lebih nyaman
menyampaikan segala sesuatu yang berkaitan dengan hal tersebut. Selanjutnya
orangtua bisa lebih kreatif menyampaikan hal yang berkaitan dengan seks, dengan
kata yang sederhana dan mudah dipahami. Pengarahan yang benar, baik dari
orangtua maupun sekolah, memungkinkan anak mendapat informasi yang benar
terkait hubungan seksual. Pengarahan ini menjadi filter dari berbagai info
tidak benar, baik yang banyak beredar di internet maupun teman sebaya.
Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan seks (sex education) adalah upaya pengajaran,
penyadaran, dan pemberian informasi tentang masalah seksual. Informasi yang
diberikan di antaranya pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan
menanamkan moral, etika, komitmen, agama agar tidak terjadi
"penyalahgunaan" organ reproduksi tersebut. Itu sebabnya, pendidikan
seks dapat dikatakan sebagai cikal bakal pendidikan kehidupan berkeluarga yang
memiliki makna sangat penting. Para ahli psikologi menganjurkan agar anak-anak
sejak dini hendaknya mulai dikenalkan dengan pendidikan seks yang sesuai dengan
tahap perkembangan kedewasaan mereka.
Pendidikan seks didefinisikan sebagai pendidikan mengenai
anatomi organ tubuh yang dapat dilanjutkan pada reproduksi seksualnya dan
akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama, dan adat
istiadat, serta kesiapan mental dan material seseorang. Sementara Dr. Warih A
Puspitosari, M.Sc, Sp.K.J. menjelaskan bahwa “Pendidikan seks usia dini bukan berarti mengajarkan bagaimana cara
melakukan seks. Namun pendidikan seks pada usia dini menjelaskan tentang
organ-organ yang dimiliki manusia dan apa fungsinya”.
Pendidikan seks dapat di bedakan menjadi seks instruction
dan education in sexuality yaitu:
1.
Sex Intruction ialah penerangan
mengenai anatomi seperti pertumbuhan rambut pada ketiak, dan mengenai biologi
dari repoduksi, yaitu proses berkembang biak melalui hubungan untuk
mempertahankan jenisnya termasuk didalamnya pembinaan keluarga dan metode
kontrasepsi dalam mencegah terjadinya kehamilan.
2.
Education in sexuality meliputi bidang–bidang etika, moral, fisiologi,
ekonomi, dan pengetahuan lainnya yang di butuhkan agar seseorang dapat memahami
dirinya sendiri sebagai individual sexual serta mengadakan interpersonal yang
baik
4 point yang harus diperhatikan dalam memberikan pendidikan
tentang seksual menurut Seto Mulyadi, yaitu:
1.
Harus
dilakukan orang terdekat
"Dalam hal
ini, orangtua menjadi tombak utama. Anak laki-laki diajari ayah, sedangkan anak
perempuan mendapat informasi dari ibu," kata Seto. Dalam prosesnya,
orangtua harus komunikatif, rendah hati, dan mau mendengarkan. Orangtua dengan
tiga kriteria tersebut akan membuat anak nyaman bertanya dan mendengarkan saran
atau jawaban yang diberikan.
2.
Disesuaikan
dengan daya tangkap anak
"Setiap anak
memiliki daya tangkap berbeda. Namun, bagaimanapun daya tangkap anak, pastikan
dia memperoleh informasi yang maksimal," ujar Seto. Pendidikan seks untuk
usia TK tentu berbeda dengan SD dan SMP.
Untuk usia TK, kata
Seto, pastikan anak mengetahui perbedaan jenis kelamin antara dia dan teman
yang lain. Selanjutnya anak juga harus mengetahui perbedaan organ kelamin yang
dimiliki, antara laki-laki dan perempuan.
Pada tahap ini anak
juga harus tahu bagaimana membersihkan dan merawat alat kelamin. Misalnya
membersihkan kelamin seusai buang air kecil dan rutin mengganti pakaian dalam.
Beranjak usia
sekolah dasar, pengetahuan anak tentang seks harus makin bertambah. Pada usia
ini anak harus tahu, tidak boleh sembarang orang meraba atau memegang alat
kelamin miliknya. Bila perlu, maka berikan pengetahuan ini pada usia TK
sehingga anak terhindar dari tindak pencabulan dini yang makin kerap terjadi.
Di tahap
pra-pubertas ini, anak juga harus mengetahui fungsi alat kelaminnya. Dengan
pengetahuan ini diharapkan anak tidak sembarangan menggunakan alat kelamin
tersebut. Tindakan ini akan menjaga kesehatan reproduksi dan mencegah terjadinya
berbagai hal yang tidak diinginkan, misalnya kehamilan dini, saat anak memasuki
masa pubertas.
3.
Pemantauan
terus-menerus
"Orangtua
harus mengetahui kapan anaknya mengalami mimpi basah atau menstruasi pertama
kali. Saat itu pastikan orangtua ada di sisi anak dan siap menghadapi berbagai
pertanyaan yang diajukan," ujar Seto.Saat anak mengalami menstruasi atau
mimpi basah, orangtua harus menjadi sahabat yang baik. Dengan menjadi sahabat,
orangtua lebih mudah mengingatkan kembali fungsi alat kelamin dan tidak
menggunakannya sembarangan.
4.
Segamblang
mungkin
Seks sebaiknya
dijelaskan segamblang mungkin kepada anak. Dengan penjelasan yang benar dan
menyeluruh, anak tidak akan berimajinasi atau memiliki sudut pandang sendiri.
Penjelasan yang tidak utuh justru akan memancing rasa penasaran anak. Untuk
memulai suatu penjelasan, Vera menyarankan orangtua memancing rasa ingin tahu
anak. Selanjutnya penjelasan bisa dimulai dari titik yang dipahami anak.
"Ingat, anak
sekarang memiliki akses informasi yang lebih luas. Sering terjadi, apa yang
kita kira mereka tidak tahu, ternyata mereka mengetahuinya dengan lebih jelas
termasuk untuk seks. Bila anak sudah mengetahui sampai tahap sperma dan ovum,
maka jangan ragu menjelaskan, tentunya dengan bahasa yang mudah dimengerti,"
kata Vera.
Cara memberikan penjelasan pendidikan seks kepada anak
sesuai dengan umur mereka
A.
Balita 1-5 tahun
Pada usia ini, Anda
bisa mulai menanamkan pendidikan seks yaitu dengan mulai memperkenalkan kepada
si kecil organ-organ seks miliknya secara singkat. Tidak perlu memberi
penjelasan detail. Misalnya saat memandikan si kecil, Anda bisa memberitahu
berbagai organ tubuh anak, seperti rambut, kepala, tangan, kaki, perut, dan
jangan lupa penis dan vagina atau vulva. Lalu terangkan perbedaan alat kelamin
dari lawan jenisnya, misalnya jika si kecil memiliki adik yang berlawanan
jenis. Selain itu, tandaskan juga bahwa alat kelamin tersebut tidak boleh dipertontonkan
dengan sembarangan dan terangkan juga jika ada yang menyentuhnya tanpa
diketahui orang tua, maka si kecil harus berteriak keras-keras dan melapor
kepada orang tuanya. Dengan demikian, anak-anak Anda bisa dilindungi terhadap
maraknya kasus kekerasan seksual dan pelecehan seksual terhadap anak.
B.
Umur 3-5 tahun
Pada rentang umur
ini, mengajarkan mengenai organ tubuh dan fungsi masing-masing organ tubuh,
jangan ragu juga untuk memperkenalkan alat kelamin si kecil. Saat yang paling
tepat untuk mengajarkannya adalah di saat Anda sedang memandikannya. Diharapkan
untuk hindari penyebutan yang dianggap tidak sopan di masyarakat untuk menyebut
alat kelamin yang dimilikinya. Misalkan seperti vagina atau penis, jangan
diistilahkan dengan kata lain seperti “apem” atau “burung”. Anda tidak perlu
membahas terlalu detail mengenai jenis kelamin anak Anda atau mengajarkannya
dalam kondisi belajar yang serius.
Pertanyaan yang
sering dilontarkan anak pada usia ini , seperti “mama, kita lahir dari
mana?”, Anda juga bisa memberikan penjelasan mengenai darimana bayi
berasal dengan menggunakan sebuah cerita agar si buah hati bisa lebih memahami
dan tertarik untuk mendengarkannya. Di usia ini juga, seorang anak sudah bisa
diajarkan apa itu perempuan dan laki-laki.
Ajarkan juga kepada
anak bahwa seluruh tubuhnya, termasuk alat kelaminnya, adalah milik pribadinya
yang harus dijaga baik-baik. Dengan demikian, anak harus diajarkan untuk tidak
menunjukkan kelaminnya secara sembarangan. Tekankan kepada mereka bahwa mereka
memiliki hak dan bisa saja menolak pelukan atau ciuman dan segala macam bentuk
kasih sayang yang dinyatakan melalui sentuhan fisik. Hal ini menjadi penting,
karena disukai atau tidak, banyak pelaku pelecehan seksual adalah orang-orang
yang dekat dengan kehidupan si anak. Orang tua juga diharapkan untuk tidak
memaksa seorang anak untuk memeluk atau mencium orang lain jika dia tidak
menginginkannya agar si anak bisa belajar untuk menyatakan penolakannya.
C.
Umur 6 - 9 tahun
Anak-anak sering
sekali menjadi korban pelecehan dan kekerasan seksual dari orang dewasa karena
ketidakberdayaan dan ketidaktahuan yang bisa dimanfaatkan dengan mudah oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Masalah utama dalam kasus pencabulan
anak adalah anak kecil tidak sadar bahwa dirinya telah mengalami pencabulan,
baik karena keluguan si anak atau karena pelaku berdalih bahwa hal yang dilakukan
adalah tanda “kasih sayang”.
Di rentang umur
ini, si kecil diajarkan mengenai apa saja yang harus dilakukan untuk melindungi
dirinya sendiri. Orang tua bisa mengajarkan anak menolak untuk membuka pakaian
bahkan jika ada imbalan sekalipun atau menolak diraba alat kelaminnya oleh
temannya. Anak Anda harus diajarkan untuk berteriak sekencang mungkin meminta
pertolongan dan melapor ke orang tua jika orang dewasa yang berada di sekitar
mereka mengancam untuk memberikan hukuman atau mengintimidasi mereka di saat
mereka menolak untuk melakukan hal-hal yang menurut anak tidak nyaman untuk
dilakukan.
Selain itu, di
rentang umur ini, Anda bisa menggunakan hewan tertentu yang tumbuh dengan cepat
dan terlihat jelas perbedaan jenis kelaminnya (seperti: anak ayam) di saat
bertumbuh dewasa untuk mengajarkan mengenai perkembangan alat reproduksi.
Ajaklah anak anda untuk turut mengamati perkembangannya. Jika mereka tidak
terlalu memperhatikan hingga detail terkecil, Anda bisa berikan informasi lebih
lanjut nanti sembari menekankan bahwa alat kelamin mereka juga akan berubah
seiring mereka bertumbuh dewasa nanti. Orang tua harus memperhatikan suasana
hati anak agar saat menyampaikan materi seksualitas, si anak tidak merasa
terpojokkan, malu, bodoh, ataupun menjadi terlalu liar dalam menyikapi seks.
D.
Umur 9 - 12
tahun
Berikan informasi
lebih mendetail apa saja yang akan berubah dari tubuh si anak saat menjelang
masa puber yang cenderung untuk berbeda-beda di setiap individu. Ajarkan kepada
anak bagaimana menyikapi menstruasi ataupun mimpi basah yang akan mereka alami
nanti sebagai bagian normal dari tahap perkembangan individu. Pada umur 10
tahun, sebelum menjelang masa puber, Anda sudah bisa memulai topik mengenai
kesehatan alat kelamin. Pastikan juga pada anak Anda, jika dia mengikuti semua
peraturan kesehatan ini, maka mereka tak perlu banyak khawatir.
E.
Umur 12 - 14 tahun
Dorongan seksual di
masa puber memang sangat meningkat, oleh karena itu, orang tua sebaiknya
mengajarkan apa itu sistem reproduksi dan bagaimana caranya bekerja. Penekanan
terhadap perbedaan antara kematangan fisik dan emosional untuk hubungan seksual
juga sangat penting untuk diajarkan. Beritahukan kepada anak segala macam
konsekuensi yang ada dari segi biologis, psikologis, dan sosial jika mereka
melakukan hubungan seksual. Orang tua selain mengajarkan keterbukaan komunikasi
dengan anak terutama dalam membicarakan seksualitas, juga perlu menambahkan
keuntungan menghindari aktivitas seksual terlalu dini sebelum mencapai masa
dewasa.
Hindari penggunaan
kata-kata yang menghakimi remaja agar ia tidak merasa ragu, takut, enggan
ataupun marah saat membicarakan pengalaman seksual mereka. Jika orang tua
merasa agak berat untuk membicarakan topik-topik seksual dengan anak, orang tua
bisa meminta bantuan psikolog atau konselor untuk memberikan pendidikan
seksual kepada anak dan membantu orang tua merasa nyaman membicarakan
topik ini.
F.
Usia Menjelang
Remaja
Saat anak semakin
berkembang, mulai saatnya Anda menerangkan mengenai haid, mimpi basah, dan juga
perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja. Anda bisa terangkan
bahwa si gadis kecil akan mengalami perubahan bentuk payudara, atau terangkan
akan adanya tumbuh bulu-bulu di sekitar alat kelaminnya.
G.
Usia Remaja
Pada saat ini, seorang remaja
akan mengalami banyak perubahan secara seksual. Anda perlu lebih intensif
menanamkan nilai moral yang baik kepadanya. Berikan penjelasan mengenai
kerugian seks bebas seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara
emosi.
Diharapkan, pendidikan seks sejak
dini akan menghindari kehamilan di luar pernikahan saat anak-anak bertumbuh
menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu tabu membicarakan seks dalam
keluarga. Karena anak Anda perlu mendapatkan informasi yang tepat dari orang
tuanya, bukan dari orang lain tentang seks.
Karena rasa ingin tahu yang
besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka anak tersebut akan
mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks
didapatkan dari teman sebaya atau Internet yang informasinya bisa jadi salah.
Karena itu, lindungi anak-anak Anda sejak dini dengan membekali mereka
pendidikan mengenai seks dengan cara yang tepat.
Manfaat Pendidikan
Seks
1.
Membantu
jalannya komunikasi tentang topik yang berhubungan dengan seksualitas. Akan datang saat anda, sebaga
orang tua, harus menjelaskan tentang beberapa topik terkait seksualitas dengan
anak-anak anda. Jikalau mereka sudah mengerti dasar-dasar dari topik tersebut,
komunikasi tersebut tidak akan mengalami kesulitan yang berarti.
2.
Membuat pikiran anak-anak lebih terbuka pada topik terkait
seksualitas tersebut. Dengan adanya
pendidikan seksual ini, anak-anak tidak akan merasa malu untuk membicarakan
topik-topik yang berkaitan dengan seksualitas tersebut dengan orang tua mereka.
3.
Menghapus
rasa ingin tahu yang tidak sehat. Rasa penasaran para remaja
mengenai seksualitas perlu di tampung dalam wadah yang memadai dan tidak menyesatkan.
Salah satunya tentu dengan edukasi seks yang diberikan secara rutin baik di
sekolah maupun di rumah. Rasa penasaran mereka tentang seksualitas pun terbayar
dengan mendapatkan pengetahuan dari sumber yang terpercaya. Dengan demikian
anak tidak akan terjerumus dalam pengetahuan yang menyesatkan seperti yang
terdapat pada komik ataupun video porno.
4.
Memperkuat
rasa percaya diri. Dengan adanya
pendidikan seks, rasa percaya diri anak akan timbul dengan sendirinya.
Mengetahui setiap inci bagian tubuhnya sendiri membuat mereka merasa nyaman. Si
anak akan memahami batasan yang penting dalam pergaulan tentang apa yang boleh
dan tak boleh dilakukan. Manfaat pendidikan seks ini membuat mereka lebih
bertanggung jawab terhadap perilaku seksualitas yang dimiliki.
Daftar Pustaka